2019 ‘Lamun Sumelang’ Directed by Ludy Oji Prastama
A forty years old father seeks a way to save his ill daughter by killing seven people as a way of sacrifice. He chooses his victims by waiting for red comet as a sign that there will be a suicide. One night, he's planning to kill his sixth victim that leads him to a night he won't be able to move on from.
Indonesia
Indonesia
Watched this on Youtube
Sebagai orang asli jogja yang suka naik gunung, cerita rakyat ini bener-bener menimbulkan uneasy feeling pas nontonnya. Latarnya yang familiar (hutan), bahasa yang dekat dengan bahasa ibu, penggambaran alegori dari interaksi tokoh utama dan tokoh2 supporting di sisinya.. Suka!
Tema yang menonjol dari film ini: Keputusasaan, ketidakberdayaan, ketidaktahuan, kritik terhadap hak yang seharusnya didapat oleh setiap individu — jaminan kesehatan, yang memunculkan pertanyaan: di mana kehadiran negara untuk orang2 seperti Mas Agus?
Lain sisi, sinematografi & colorgradingnya apik tenan! Excitement juga muncul waktu karakter Mas Agus diperkenalkan: Ehhhh ini Mas Tri yang ada di short film Lemantun!!!
Melihat film dimana para roh korban tumbal saling me-roasting satu sama lain adalah salah satu hal yang fresh dan tidak saya sadari saya membutuhkannya di hidup saya.
Menarik, jenaka, dan melarutkan. Sulit untuk tidak terkesan dengan bagaimana film ini membawa kita ke alur cerita yang diluar dugaan.
.
Lamun sumelang adalah penggambaran akan bagaimana motif sosiogenetis dua pasangan untuk menaruh dedikasi kepercayaan mereka pada upaya penyembuhan dengan kiat supranatural "ala dukun" demi kesembuhan anak , membuat keduanya tersesat dalam lamunan.
Ketika kemampuan untuk berdaya demi memperbaiki kondisi finansial dan akses untuk memperoleh layanan kesehatan yg layak untuk anak dikalahkan oleh wejangan sang dukun. Layaknya tali yang mengikat leher, kepercayaan akan dukun adalah pilihan yang satu satunya terlihat. Membuat keduanya menyerah pada kemiskinan dan berdaya untuk percaya pada kekayaan fana wejangan dukun.
.
Roh yang berbicara pun hadir pula sebagai wujud alegori akan kritik sosial terhadap isu kemiskinan,…
Film ini berangkat dari folklore pulung gantung di Gunungkidul yang sebenernya banyak nilai magisnya. Tapi yang justru jadi menariknya itu, film ini menampilkan atau menonjolkan values lain selain magisnya. Suka!
Already anticipated about the ending, but in the end I can't even handle myself. The story and value are crystal clear as a attraction to this film. Furthermore the cinematography and script added more amazement to the film.
“Ngomongo karo dukunmu, pindahen lorone neng aku. Aku ikhlas, Mas!”
Keren nih idenya. Tumbal 7 orang manusia karena himpitan ekonomi dan agar si anak bisa segera disembuhkan, dan terus setannya bisa saling adu bacot gini. Drama horor tapi diciprati dengan sedikit komedi, jadinya fressh.
Endingnya cukup ga terduga sih.
Lamun Sumelang adalah wajah tentang hidup dan mati dalam satu babak yang membuka mata melalui dialog ringan khas warga desa.
Refleksi tentang apa yang patut diperjuangkan dan apa yang seharusnya dilepas.
Sebelum nonton, pastikan kalian memang sedang baik-baik saja.
Karena mungkin kontennya bisa mentrigger untuk beberapa orang.
If the aim of this movie was to make me sad then i'm sorry to say but it failed horribly. I felt nothing at all. The story was simple enough but it just could not convey the sadness properly.
The acting was okay. For a bunch of unknown artists they did their job pretty good. I love the color grading here. Dark purple or violet or whatever it was looked atmospheric and beautiful.
Average.
Lamun Sumelang is an elegiac imagery that inspired from a bleak occurence by showing juxtaposition of the dead telling much more about life than the one who actually breathing itself. Sublime yet thoughtful cut.
