Synopsis
Amateur painter lies about his ability to see ghosts and takes on a job as a ghost painter on a TV show. Turns out, he could actually see the ghost.
2020 ‘Pelukis Hantu’ Directed by Arie Kriting
Amateur painter lies about his ability to see ghosts and takes on a job as a ghost painter on a TV show. Turns out, he could actually see the ghost.
Ge Pamungkas Michelle Ziudith Abdur Arsyad Jenny Zhang Rebecca Klopper Aida Nurmala Hifdzi Khoir Alyssa Daguisé Uus Marwoto David Nurbianto Melissa Karim Mareike Brenda Soleh Solihun Dicky Difie Arie Kriting Rachman Avri Irgi Fahrezi Teddy Snada Denny Gitong Arif Brata Jiwa Romeo Ernest Prakasa Dodit Mulyanto Tommy Limmm Ardit Erwandha Reinold Lawalata Mamat Alkatiri Ephy Sekuriti Show All…
Kok kayak salin kreatif film Ghost Writer?
Ghost Painter cukup rapih dan koplak. Juga absurd. Hubungan Ge dengan ibunya hampir emosional meski jatuhnya akting Aida Nurmala (ibu tirinya) tersingkir.
Entah semuanya terasa pakem-able saat Amanda datang dan bertemu Tutur yang sama-sama punya background tentang kematian orang tersayang. Lawakannya mbah dukun dan Heru (produser acara) minimalis dan ga dipaksakan. Cuma urgensi mama kandungnya Tutur dikubur di gudang itu apaaaaa? Bapaknya Tutur digambarkan ikut arus perjuangan reformasi 98 apalagi memang background ceritanya politis sekali. Gapapa sih, cuma keren aja sebagai tempelan, dekoratif belaka. Sementara kisah keseluruhannya medioker sahaja.
Seperti ada yang kurang menggila ditambah narrator Ge Pamungkas yang mirip pidato Mario Teguh. By the way akting Ge lumayan ga sekaku film sebelumnya.
Nonton ini berasa jadi kayak anak yatim piatu juga kayak Tutur (Ge Pamungkas). Sedihnya lumayan poooool. Adegan ngebacain surat itu bikin aku berurai air mataaaaaa.
Tapi monolog di ending-nya meh banget. Harus ya pakai monolog? Aaarrrggghhhh.
Nggak bisa nulis panjang. Lagi sakit soalnya huhuhuhu.
Dengan mengesampingkan logika yang terus dibuat bingung dengan konflik-konflik yang sengaja diperpanjang dan narasi yang terlihat malas, pelukis hantu boleh dibilang hanya menyentuh dari segi aspek emosional antara hubungan ibu dan anak di akhir cerita saja, tapi tetap saja akting Ge yang kaku tidak bisa menyempurnakannya
Good job aja sih buat film debut nya.
Kirain ending nya tuh si Ibu manggilin temen² setannya buat di lukis ma Tutur. Tp ternyata berenti di sana. Padahal seru loh bisa dibikin series wkwkwk.
Kehadiran film ini sama seperti Ghost Writer (2019), sensasinya. Berasal dari Debut Sutradara yang berlatar belakang Stand Up Comedian dan mampu menghasilkan pengalaman yang cukup baik.
Sebagai debut, direksi, naskah yang ditulis, dan perintilan teknis yang digaungkan oleh Arie Kriting dalam visinya sukses menghadirkan film Horror - Komedi - Drama yang bagus. Memiliki formula yang mirip dengan Ghost Writer (2019), menghadirkan kembali Ge Pamungkas sebagai Starring Cast. Personally, saya sangat mengagumi bagaimana Ge bermain di film berbagai genre dan cukup maksimal dalam memainkan mimik dan gesturenya. Ge yang terkenal sebagai 'King of Act Out' dalam dunia Stand Up Comedy Indonesia, membawa senjata andalan tersebut dalam dunia film. Dari dia ketakutan, muka bingung, sedih, hingga berlagak sebagai orang culun di film…
15 menit pertama menarik, setelahnya meh. Part "sedih" nya udah ketebak dan Ge aktingnya jelek.
Nothing special for me. Untuk ukuran sutradara debutan udah cukup. Akting Ge Pamungkas cukup natural dan bagus. Hifdzi juga cukup buat komedinya, karena aku suka gjls juga.
Yang paling menarik sih buatku, secara gak langsung film ini nyinggung-nyinggung soal tv dan masalah ratingnya. Juga konten di tv yang settingan. Ditambah dengan sisipan kerusuhan tahun ‘98 dan ras tionghoa.
Mungkin ini film pertama Ge Pamungkas yg saya tonton dimana dia gak annoying. At least for me.
Cerita dan jokes nya lumayan on point. Walau horrornya kurang bgt.
✍👻
Cukup memorable dan asyik untuk di simak...!!!
Debut yang menjanjikan bagi sang sutradara.
Debut pertama dalam penyutradaraan serta kepenulisan Arie Kriting di film ini kurang mampu membawa angin segar ke dalam dunia sinema indonesia karena debut ini dirasa masih sama dengan gaya penyutradaraan Ghost Writer milik Bene Dion.
Yang menjadikan Arie Kriting berbeda dengan Bene Dion adalah Arie Kriting selalu memberikan ruang pada kritik-kritiknya di film ini kepada pemerintah, ataupun stasiun pertelevisian. Dalam debutnya mungkin kita alan berdecak kagum bagaimana Arie Kriting dengan blak-blak-annya mengkritik kerusuhan 98 yang memojokkan ras tionghoa, serta kepalsuan yang sering kita lihat di acara-acara televisi kita. Tetapi ini juga menjadi kelemahan Arie Kriting karena film selanjutnya pasti mudah tertebak alurnya dan mungkin kita akan merasakan kritik-nya cenderung berisik, alih-alih membuat kita kagum.
Dari segi naratif, seperti yang sudah…
Tidak sempurna memang, masih banyak yg harus di perbaiki dari naskah, eksekusi dan humor nya tapi debut penyutradaraan "Arie kriting" ini masih layak ditonton sebagai film hiburan. Humor receh nya masih menyenangkan, bersama horor dan drama yg cukup ok lah.
Acceptable (3/5)